TENTANG ADRA DAN
SEBUAH PERPISAHAN
Gadis
remaja berumur 14 tahun dengan postur tubuhnya yang sedang, tinggi rata-rata,
rambut sebahu yang selalu diikat tinggi dengan ikat rambut warna hitam, kulit
sawo matang, bulu mata yang lentik, membuatnya terlihat seperti gadis remaja
lain pada umumnya. Jiwanya yang ceria dan senang berpetualang, seringkali
memaksa dirinya untuk pergi bersama tema-teman sebayanya berpetualang. Dia juga
sangat mencintai musik, sampai-sampai pernah dulu ketika umurnya baru 11 tahun,
dia menangis meminta-minta kepada kakaknya untuk diajarkan bagaimana bermain
gitar. Namun sekarang, tidak asing lagi baginya kunci A, B, C, D dan lainnya
pada gitar karena kegigihannya berlatih bermain gitar. Dia seringkali mengajari
teman-temannya bermain gitar dengan senang hati. Sebuat saja Adra, dia memiliki
sebuah band bersama teman sekolahnya, terkadang jika ada waktu luang, Adra
pergi dengan teman-temannya bermain musik di studio yang tidak terlalu jauh
dari sekolahnya. Rasa ingin tahunya terhadap sesuatu yang baru, membuatnya menjadi
aktivis berbagai macam kegiatan.
Kisah hidup Adra berlangsung normal-normal
saja selama 14 tahun. Namun inilah awal dari goncangan hidupnya yang begitu
besar membuatnya seperti mati rasa dan tidak tau harus bagaimana. Tahun 2012
tepatnya. Tahun itu Adra harus menghadapi masalah yang begitu besar, baginya yang
hanya seorang seorang gadis biasa
berumur 14 tahun.
Ketika itu,
tengah malam tepatnya, Adra sedang berbaring mendengarkan musik di kamar.
Mungkin Bapak dan Ibunya mengira bahwa
dia telah tidur. Dia dengar suara Bapak dan Ibunya ribut-ribut dikamar sebelah.
Adra mulai menangkap pikiran negatifnya tentang suara itu, Dia mulai memikirkan
banyak hal yang mungkin terjadi, karena memang akhir-akhir ini kedua orang tuanya
bersikap aneh.
2
minggu kiranya, ribut-ribut di setiap malam selalu Dia dengar. Mulai tumbuh
rasa penasarannya tentang apa yang tengah terjadi diantara kedua orang tua
Adra. Namun Dia selalu tidak pernah berani bertanya, karena Adra selalu takut
untuk mengetahui kebenarannya.
Sebulan
sudah Adra memendam rasa tertekan. Tidurnya selalu larut malam, nafsu makannya
tidak karuan, sekolahnya pun tidak bersemangat, sampai nilainya meurun cukup
drastis karena terlalu memikirkan apa yang tengah terjadi. Bagaimana tidak. Sebelum
tidur, suara ribut-ribut memekikkan telinganya, setelah berhasil tidur, Adra
bangun dengan keadaan masih sangat lelah, seringkali Adra jadi malas berangkat
sekolah. Setelah pulang sekolah, ibu dan adiknya pergi entah kemana, bapak dan kakak sudah jelas bekerja. Waktu siang
,Adra selalu sendiri di rumah. Tidak ada makanan di rumah, dan Dia hanya bisa
menunggu Bapak pulang membawa makanan. Seperti itu terus hari-harinya. Bosan,
sepi. Adra menjadi tidak betah berada di rumah.
Keadaan
semakin buruk, Bibinya ternyata sudah mengetahui masalah yang ada pada keluarganya.
Akhirnya, Bibi Adra memutuskan untuk merawatnya sementara. Adra mulai pindah
tinggal bersama Bibi dan Paman di desa kelahirannya yang cukup jauh dengan
keluarganya. Disini Adra mulai merasakan ketenangan, bisa belajar dengan
tenang, makan dengan teratur, dan perasaan hati lebih enak.
Sekitar
2 minggu tinggal bersama Bibi dan Paman, Adra merasa sangat rindu dengan
keluarganya. Saat itu juga Bapaknya menjemputnya untuk kembali pulang ke rumah.
Tentu saja Adra merasa sennag bisa kembali dengan keluarganya, dia juga mengira
keadaan sudah membaik. Ternyata sampai di rumah, keadaan rumah sangat sepi dan
berantakkan. Ibunya tidak ada di rumah. Adra tahu dari bapaknya bahwa Ibunya
telah pergi dari rumah sekitar dan seminggu yang lalu dan memutuskkan untuk
tinggal di rumah Eyang. Kontan saja Adra
menangis dan sagat terpukul mendengarnya. Namun Dia tetap berusaha untuk kuat.
Kini
telah 1 bulan Ibu dan Bapak Adra tidak
bersama lagi di rumah, Bapaknya telah mencoba untuk menemui Ibunya dan Menasehati
agar pulang, namun tidak dengan Ibunya yang menginginkan untuk tetap tinggal
bersama Eyang.
Kini
hari-harinya semakin sepi, namun Dia tidak begitu saja terpuruk pada keadaan.
Adra tetap mencoba untuk tegar dan sabar menghadapi berbagai masalah. Dengan teman,
sahabat, saudara-saudaranya yang selalu mendukungnya untuk kuat. Adraberhasil
bertahan untuk tetap berdiri tegak di tengah guncangan yang begitu dahsyat.
Suatu
malam, Bapak Adra memutuskan untuk berkumpul kembali bersama Ibunya, Kakak dan
Adiknya membicarakan bagaimana rencana kedepannya. Malam itu juga semua alasan
privasi kenapa masalah ini terjadi terbongkar
semua, Adra benar-benar merasa terjatuh, merasa rapuh menghadapi hidupnya yang
begitu pahit. Adra menangis setiap mendengar kenyataan yang Bapak dan Ibunya
katakan, malam itu pula mereka memutuskan untuk berpisah (cerai). Adra semakin
tidak kuat dengan pernyataan mereka. Dia berlari menuju kamarnya dan menangis
meluapkan semua air mata. Ibunya masuk ke kamarnya dan menangis untuk meminta
maaf kepada Adra atas semua yang terjadi sampai seperti ini akhirnya. Kepalanya
terasa sangat berat, Dia merasa sesak nafas.
Adra
tersadar di pagi hari, kepalanya masih terasa berat. Dia sangat enggan untuk
menjalani aktifitasnya hari ini. Adra teringat apa yang telah terjadi
semalam,kelopak matanya mulai panas. Tak terasa air matanya kembali mengalir
sia-sia.
Sekitar
3 hari setelah malam itu, Adra menemukan surat hasil dari sidang Pengadilan
yang intinya bahwa kedua orang tuanya telah sah bercerai. Rasa sedih yang hebat
membalut hatinya, kepalanya berat, Dia mengurung diri, dan menangis sendiri di
kamar. Merasa seperti hidup sendiri tanpa ada orang yang menyayanginya. Namun tidak selalu seperti itu yang Dia
pikirkan, Dia selalu berusaha untuk menegarkan hatinya, Dia juga yakin karena
Allah menurunkan malaikat-malaikat-Nya lewat orang-orang di sekitarnya yang selalu memberinya perhatian.
1 Bulan
setelah kedua orang tuanya bercerai, Adra menjadi lebih tau lika-liku hidup.
Dia menjadi lebih kuat meski sebenarnya Dia mudah rapuh. Banyak sekali
pelajaran hidup yang Adra dapatkan. Jika boleh memilih, Dia tidak akan memilih
ini terjadi, semua orang pun pasti sama dengannya. Semua orang mengingikan keluarga
yang harmonis dan menyengkan. Tetapi Allah telah menuliskan dan merencanakan semua
ini terjadi pada keluarganya, karena sesungguhnya dibalik masalah itu pasti ada
jalan keluarnya (QS. Asy-Syarh : 5 & 6).